Jumat, 17 Agustus 2012

SIFAT DERMAWAN



Hadis keterangan dari Siti Aisyah R.A. Diriwayatkan oleh Imam Thobroni dalam kitab Hadist Ausath
Dinukil oleh imam Jalaludin Sayuthi di dalam Jaami’ush Shodhir jilid II bab HURUF SYIN halaman 61, Artinya : “Bersabda Rosululloh SAW, “Dermawan itu dekat dari Alloh, dekat dari manusia, dekat dari syurga dan jauh dari neraka. Dan kikir itu jauh dari Alloh, jauh dari manusia, jauh dari syurga, dan dekat dari neraka. Orang bodoh yang dermawan lebih disukai Alloh daripada orang ahli ibadah yang kikir
Hadis ini menerangkan As Sakhiyyu (sifat dermawan), yakni :
  • Sifat dermawan itu bukan benda,
  • Sifat dermawan itu bukan ucapan
  • Sifat dermawan itu bukan materi
  • Melainkan sifat dermawan itu sifat hati yang terpuji
Sifat dermawan mempunyai dua kekuatan, yakni :
  1. kekuatan mendekatkan, mendekatkan diri manusia kepada Alloh, mendekatkan diri manusia kepada sesama manusia, mendekatkan diri manusia kepada syurga
  2. dan kekuatan menjauhkan, menjauhkan diri manusia dari api neraka
Begitu pula sifat bakhil.
  • Sifat bakhil itu bukan benda,
  • Sifat bakhil itu bukan ucapan
  • Sifat bakhil itu bukan materi
  • Melainkan sifat bakhil itu adalah itu sifat hati yang tercela, sifat pelit bin medit bin kikir
Sifat bakhil mempunyai dua kekuatan pula, yakni :
  1. kekuatan menjauhkan, menjauhkan diri manusia kepada Alloh, menjauhkan diri manusia kepada sesama manusia, menjauhkan diri manusia kepada syurga
  2. dan kekuatan mendekatkan, mendekatkan diri manusia dengan api neraka
Manusia merdeka untuk memilih di antara dua pilihan ini, apakah memilih dermawan ataukah memilih bakhil.
Barangsiapa yang hendak beriman hendaklah beriman dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir” QS Al Kahfi 29
Hubbul Ma’al alias Cinta Uang
Hubbul maal bisa diartikan sebagai cinta kepada harta. Acapkali kecintaan manusia terhadap harta ini melebihi cintanya kepada yang lain, dirinya sendiri, bahkan kepada orang terdekatnya yaitu kedua orang tua. Al Quran telah menjelaskan fenomena ini, sebagaimana firmanNya,
Dan kau mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS Al Fajr 20).
Banyak kejadian yang lazimnya terjadi karena harta. Sebut misalnya, perkelahian antara saudara dalam memperebutkan hak waris, antara rekan bisnis, bahkan seorang anak berani membunuh orang tuanya demi alasan ini. Kecintaan manusia yang lazimnya tidak terjadi karena harta dapat menjadikannya seorang yang bakhil (kikir), Allah SWT berfirman dalam ayat suci Alquran,
“Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya pada harta,” (QS Al ‘Adiyat 8).
Sebagian ahli tafsir menjelaskan menjelaskan ayat ini, bahwasanya sebab manusia itu menjadi bakhil karena sangat kuat cintanya pada harta. Harta adalah perhiasaan bagi dunia. Dalam Al Quran dikatakan,
Harta dan anak – anak adalah perhiasan kehidupan dunia” (QS Alkahfi 46).
Islam memberikan beberapa penawar untuk menghilangkan dampak negative hubbul maal, yaitu dengan menafkahkannya di jalan Allah,
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang kamu keluarkan dari bumi untuk kamu” (QS Al Baqarah 267).
Ayat ini selain menganjurkan bersedekah, juga mengisyaratkan harta yang kita miliki saat ini di bumi hanyalah titipanNya. Dalam potongan ayat yang lain, Allah SWT mengingatkan,
Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (QS Ali Imran 185).
Berderma, selain membersihkan harta kita dari yang bukan hak kita, juga membersihkan hati kita dari cinta berlebihan terhadap harta.
Banyak orang berprasangka dengan bersedekah hartanya akan berkurang dan ia akan jatuh miskin. Padahal, bila keyakinan itu tertanam dalam sanubari, sesungguhnya kita sedang memainkan skenario setan.
Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir)” (QS Al Baqarah 268).
Bahayanya Hubbul Ma’al
Bagaimana Qorun zaman Nabi Musa AS, disuruh Shodaqoh tidak mau karena cinta kepada uang atau dinar. Akhirnya Qorun tenggelam diapit bumi. Sebagaimana tersebut dalam QS At-Taubat 34,
“Wahai orang yang beriman sesungguhnya banyak orang dari orang alim Yahudi dan orang alim Nashroni, semuanya itu memakan harta benda manusia dengan secara bathal”
Mestinya AHBAARU  RUHBAANI itu tidak sampai tergiur dunia, tidak sampai tergiur uang , tapi ternyata di sini orang-orang ‘Alim Yahudi, Nashroni terkecoh oleh AL AMWAL (harta), terkecoh uang.  Ini betul Imam Ghozali, bahwa banyak orang  yang  sampai menyembah uang, sampai jadi pepatah Musyrik  populer, hingga kadang orang yang mengatakan demikian itu menjadi ikut Musyrik, tapi tidak terasa. Contohnya mereka mengatakan “Uang kuasa Bung!” Jadi yang kuasa itu uang, bukan Gusti Alloh. Hal yang demikian itu kan konyol.
Hati manusia tidak mampu ditaklukkan dengan uang
Dikira uang kuasa, jangankan uang sedikit, harta benda di seluruh dunia ini tidak mampu untuk menaklukkan hati manusia. Alloh Ta’ala berfirman dalam Al Qur-an surat Al Anfal ayat 63,
“Seandainya kamu (Muhammad) menginfaqkan segala yang ada di bumi, tidak bisa kamu menuntut menundukkan hati mereka”
Hati tidak bisa ditundukkan dengan uang, katanya uang kuasa.
Coba lihat kalau orang dihormati karena uangnya, memang orang kaya itu dihormati, tapi itu penghormatan yang imitasi, yang dihormati bukan orangnya, tapi uangnya. Makanya kemudian timbul, kalau uangnya habis, orangnya sudah tidak dihormati dan berkeluh kesah, menyesal, yang akhirnya keluar ucapan :
Aku beruang, aku disayang, uang punah aku dihina
Waktu aku ada duwit dijiwit, uang puret aku dijiret
Aku jutawan tempat pujaan, uang surut aku dihanyut
Uang menggunung aku disanjung, tinggal puntung aku dipenthung.
Ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang
Itu keluh kesahnya orang menilai sesuatu pada uang. Ini coba diangan-angan, salahnya sendiri.
Kadang-kadang sampai marah, “Tidak melihatkah matanya, dulu saya biayai !
Ini semua karena uang. Ini supaya diangan-angan, banyak mana yang celaka karena harta dengan yang celaka karena Arca.
Mengapa uang itu dicintai, padahal tidak cinta bentuknya, tidak cinta baunya, tidak cinta barunya, tidak cinta mutunya, tidak cinta rasanya, tidak cinta suaranya?. Ini namanya cinta di luar tingkat panca indra, yaitu namanya CINTA WASHILAH.
Imam Ghozali mengatakan ;
“HIBBATUN WAASHILATUN LIDAWAABIL WUJUUD”
Artinya:
“Cinta washilah, cinta perantara”
Karena uang itu bisa dijadikan perantara. Ingin mempunyai gula, uang itu bisa dibuat membeli gula. Ingin punya pakaian, uang bisa dijadikan perantara untuk mendapatkan pakaian. Selama uang itu masih bisa dijadikan perantara (washilah), maka selama itu uang masih dicintai. Meskipun uang itu baru, tapi kalau sudah tidak laku, tidak bisa dijadikan washilah untuk mencapai sesuatu, maka sudah tentu tidak dicintai. Jadi cinta uang itu bukan cinta rasa, bukan cinta bau, bukan cinta mutu, bukan cinta rupa, bukan cinta suara, akan tetapi ini cinta diluar panca indra.
Cinta uang itu lebih kuat daripada cinta tingkat panca indra.
Coba kita lihat, banyak orang yang jatuh karena uang, banyak hakim menyeleweng karena uang, banyak atasan yang jatuh karena uang, mestinya lulus tidak diluluskan, yang tidak lulus diluluskan. Sampai ada sebagaian ulama’ yang bisa dibeli dengan uang, seperti hukum Islam yang harom dijadikan halal hanya karena uang, yaitu disuruh menghalalkan yang harom dan mengharomkan yang halal. Padahal semua itu larangan dari Alloh dan akhirnya akan dilaknat oleh Alloh SWT. Sebagaimana hadist – hadist Nabi yang berbunyi,
“Bersabda Rosululloh SAW ” Laknatnya Alloh atas  orang yang menyuap dan yang disuap” (‘An Ibnu Umar , rowahu Ahmad  wa Abi  Dawuud wat Tirmiidzi wa Ibnu Maajah /  Jami’us Shoghir / bab huruf laam /hal.123).
“Laknatnya Alloh atas orang yang menyuap dan yang disuap di dalam hukum” (‘An Abi Huroiroh , rowahu Ahmad wat Tirmiidzi wal Hakim / Jamius Shoghir / bab huruf lam / hl. 262)
Dalam hadist ini diterangkan bahwa hakim yang menyelewengkan hukum adalah terkena laknat Alloh. Orang yang menyuap hakim, maupun hakim yang disuap oleh orang tersebut, kedua-duanya adalah terkena laknat Alloh.
Atas besarnya bahaya bagi orang yang cinta kepada uang, maka nabi Ibrohim sampai berdoa kepada Alloh. Sebagaimana tersebut dalam surat  Ibrohim ayat 35,
Dan ingatlah ketika berdoa Ibrohim, “Ya Tuhanku, jadikan negr kamii ini negri yang aman, dan jauhkanlah saya dan anak-anak saya (keturunan saya) dari menyembah berhala
Dalam ayat ini diterangkan bahwa Nabi Ibrohim as berdoa:
1. Nabi Ibrohim as minta kepada Alloh SWT supaya  negrinya dijadikan negri yang aman.
2. Nabi Ibrohim as minta kepada Alloh SWT supaya dirinya dan anak cucunya dijauhkan dari menyembah berhala (Berhala bahasa arabnya ASHNAAM).
Menurut ahli dhohir, setiap ASHNAAM itu dimaknai berhala batu / arca. Tapi yang dimaksud disini bukan berhala arca, bukan berhala batu yang diukir-ukir itu. Dan menurut Imam Ghozali yang dimaksud ASHNAAM  ini  adalah Uang atau dinar ini diperkuat oleh pernyataan Rosululloh,
“Bersabda Rosululloh SAW, dilaknat orang yang menyembah Dinar, dilaknat orang yang menyembah Dirham” (‘An Abi Huroiroh)
Jadi berhala yang dimaksud adalah uang, bukan berhala arca. Orang – orang yang menjadikan uang di atas segala – galanya sampai hilang kemanusiaannya.
Anjuran Memberi
Dalam Al-Quran surat Al-Hadid 7 “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasulnya dan infakkanlah (dijalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah). Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala besar”.
Sikap memberi baru akan muncul ketika rasa cinta ada. Nilai cinta inilah yang kemudian membuat orang berbuat untuk sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Bak kasih sayang seorang ibu kepada anak, ibu yang memberikan jiwa raga untuk anaknya, semua dikorbankan demi anaknya. Pada hakikatnya ketika seseorang berbuat baik kepada makhluk Alloh yang lain, dia telah berbuat baik kepada dirinya sendiri.
Ada lebih dari sepuluh ayat yang memerintahkan kita untuk bershodaqoh. Seperti surat Al baqoroh ayat 196, yang menerangkan shodaqoh itu bisa sebagai ganti rukun ibadah haji yaitu hulul atau mencukur rambut. Bahkan di dalam surat At taubat ayat 60, salah satu rukun Islam yaitu zakat dalam Al qur’an di sebut dengan kalimat shodaqoh. Di ayat lain juga di sebutkan janganlah kamu takut miskin karena bershodaqoh. Justru terhadap orang yang shodaqoh itu Alloh akan melipat gandakan rezekinya. Apalagi di dalam Al Qur’an surat Al Maun disebutkan bahwa : orang yang tidak mau menyantuni anak yatim dan fakir miskin di cap Alloh sebagai Yukadzibu biddin atau pembohong agama. Yang tidak di perbolehkan apabila kita memberikan shodaqoh orang dengan tidak ikhlas, dengan perasaan riya’ atau ingin di puji orang dan memberikan shodaqoh dengan cara menyakiti perasaan orang yang di beri shodaqoh.
Demikian pula dalam hadist-hadist Rosululloh selalu menganjurkan kepada kita untuk selalu bershodaqoh. Bahkan di dalam satu hadistnya di sebutkan beliau bahwa, shodaqoh itu sesuatu yang ajaib. Kata-kata tersebut sampai di ulang sampai 3 kali. Demikian yang di sebutkan dalam kitab Tanbighul Ghofilin.
Keajaiban shodaqoh ini di sebutkan dalam hadist-hadist yang lain, bahwa diantaranya adalah : shodaqoh itu bisa untuk obat bagi orang sakit, bisa menambah umur, bisa untuk menghilangkan kesombongan (seperti sifat iblis) : bisa untuk mendekatkan diri kepada sesama manusia, mendekatkan diri kepada Alloh, dekat kepada saya (Nabi Muhammad) dan menjauhkan kita dari api neraka.
Bahkan kata hadist yang lain, “orang bodoh yang dermawan itu lebih baik dan lebih di cintai oleh Alloh daripada orang yang ahli ibadah tetapi bakhil atau kikir”
Ada satu kisah yang di alami oleh seorang ahli tasawuf besar dari kota Bagdad yang namanya Syeh Junaid al-Bagdadi. Beliau bercerita, “Suatu ketika, ada seorang pengemis berdiri di depan rumahku. Saya heran, mengapa ia menjadi pengemis padahal fisiknya cukup kuat dan sehat untuk bekerja mencari rizki. Menurut pandanganku ia tidak pantas menjadi pengemis. Pada malam harinya aku bermimpi melihat suatu hidangan yang tertutup dan aku disuruh makan hidangan tersebut. Ketika aku buka tutup hidangan itu, aku melihat mayat yang terbujur.
Kemudian aku berkata, ya Alloh, mengapa aku di suruh makan mayat ini? Kemudian terdengar suara, “Kenapa kamu tadi siang makan mayat?” Aku paham kata sindiran tersebut. Dan segara aku mohon ampun kepada Alloh dan segera mencari pengemis yang siang tadi aku tolak. Ketika bertemu, pengemis tadi berkata, “Alloh menerima taubat orang yang mau taubat, maka dari itu janganlah menyangka yang bukan-bukan kepada orang lain”
Dari kisah Syeh Junaid Al-Bagdadi tersebut, maka janganlah kita itu menolak terhadap pengemis, janganlah menyangka yang bukan-bukan, jangan menghina dan menghardik mereka, menyakiti perasaan mereka. Kalau kita tidak punya uang, berikanlah dengan kata-kata yang baik. karena dalam surat Dhuha ayat 10 disebutkan, Wa ammaassaa ila falaa tanhar. (Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya).
—-
Kebanggaan menerima sesuatu, adalah hal biasa, hal yang otomatis. Kebanggaan karena bisa memberikan sesuatu, adalah hal yang terpuji….
Tidak cukup menjadi orang baik, kalau tidak memberi kebaikan pada sekelilingnya. Jangan mengukur kemurahan Allah, dengan pemberian dan keyakinan kita bahwa Allah akan memberikan kembali apa yang hilang dari kita. Pemenuhan keinginan yang menghasilkan kepuasan di dunia, kurang tepat apabila di sebut surga dunia. Yang tepat adalah surga bagi hawa nafsu.
Kita sering lupa, kalau kita memiliki banyak hal. Kita lupa kalau kita bisa memberi. Kita merasa tak memiliki apapun, dan hanya terpacak pada bendawi yang kita miliki. Padahal kita bisa memberi senyum pada sesama, kita bisa memberi jalan kendaraan yang lewat, kita bisa memberi pemikiran kita, untuk koperasi di kampung, kita bisa memberikan tenaga untuk membangun rumah layak huni bagi yang membutuhkan.
Kita bisa memberi kesabaran kita pada orang yang memotong jalan. Atau memberi tempat duduk di bis  pada orang hamil. Banyak hal yang bisa kita beri pada sesama. Ah, kita sesungguhnya memiliki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar