Jumat, 17 Agustus 2012

SETELAH RAMADHAN BERLALU

Setelah Ramadhan Berlalu
Setelah bulan Ramadhan berlalu, orang akan terbagi menjadi beberapa bagian, namun secara garis besarnya mereka terbagi dua kelompok:
Kelompok yang pertama: Orang yang pada bulan Ramadhan tampak sungguh-sungguh dalam ketaatan, sehinggga orang tersebut selalu dalam keadaan sujud, shalat, membaca Al-Quran atau menangis, sehingga bisa-bisa anda lupa akan ahli ibadahnya orang-orang terdahulu (salaf). Anda akan tertegun melihat kesungguhan dan giatnya dalam beribadah. Namun itu semua hanya berlalu begitu saja bersama habisnya bulan Ramadhan, dan setelah itu ia kembali lagi bermalas-malasan, kembali mendatangi maksiat seolah-olah ia baru saja dipenjara dengan berbagai macam ketaatan kembalilah ia terjerumus dalam syahwat dan kelalaian. Kasihan sekali orang-orang seperti ini.
Sesungguhnya kemaksiatan itu adalah sebab dari kehancuran karena dosa adalah ibarat luka-luka, sedang orang yang terlalu banyak lukanya maka ia mendekati kebinasaan. Banyak sekali kemaksitan-kemaksiatan yang dapat menghalangi seorang hamba untuk mengucap "La ilaha illallah" ketika sakaratul maut.
Setelah sebulan penuh ia hidup dengan iman, Al-Quran serta amalan-amalan yang mendekatkan diri kepada Allah, tiba-tiba saja ia ulangi perbuatan-perbuatan maksiatnya di masa lalu. Mereka itulah hamba-hamba musiman. Mereka tidak mengenal Allah kecuali hanya pada satu musim saja (yakni Ramadhan), atau hanya ketika ditimpa kesusahan, jika musim atau kesusahan itu telah berlalu maka ketaatannyapun ikut berlalu.
Kelompok yang kedua: Orang yang bersedih ketika berpisah dengan bulan Ramadhan mereka rasakan nikmatnya kasih dan penjagaan Allah, mereka lalui dengan penuh kesabaran, mereka sadari hakekat keadaan dirinya, betapa lemah, betapa hinanya mereka di hadapan Yang Maha Kuasa, mereka berpuasa dengan sebenar-benarnya, mereka shalat dengan sungguh-sungguh. Perpisahan dengan bulan Ramadhan membuat mereka sedih, bahkan tak jarang di antara mereka yang meneteskan air mata.
Apakah keduanya itu sama? Segala puji hanya bagi Allah! Dua golongan ini tentu tidak sama. 
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Katakanlah; Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaan masing-masing .." (Al-Isra': 84).
Para ahli tafsir mengatakan, makna ayat ini adalah bahwa setiap orang berbuat sesuai dengan keadaan akhlaq yang sudah biasa ia jalani.
Barang siapa berpuasa siang hari di bulan Ramadhan dan shalat di malam harinya, melakukan kewajiban-kewajibannya, menahan pandangan-nya, menjaga anggota badan serta menjaga shalat jum'at dan jama'ah dengan sungguh-sungguh untuk menyempurnakan ketaatannya sesuai yang ia mampu maka bolehlah ia berharap mendapat ridha Allah, kemenangan di Surga dan selamat dari api Neraka. Orang yang tidak menjadikan ridha Allah sebagai tujuannya maka Allah tidak akan melihatnya. Jangan seperti orang yang merusak tenunan yang sudah kuat hingga bercerai berai
Hati-hatilah, jangan seperti seorang wanita yang memintal benang (menenun) dari kain tersebut ia bikin sebuah gamis atau baju. Ketika semuanya telah usai dan nampak kelihatan indah, maka tiba-tiba saja ia potong kain tersebut dan ia cerai beraikan, helai demi helai benang dengan tanpa sebab.
Berhati-hati jualah Anda! jangan sampai seperti seorang yang diberi oleh Allah keimanan dan Al-Quran namun ia berpaling dari keduanya, dan ia lepaskan keduanya sebagaimana seekor domba yang dikuliti, akhirnya ia masuk ke perangkap syetan sehingga jadi orang yang merugi, orang yang terjerumus di dalam jurang yang dalam, menjadi pengikut hawa nafsunya, Naudzu billah mindzalik.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, artinya:
"Dan bacakanlah kepada mereka berita kepada orang yang telah kamu berikan kepadanya ayat-ayat Kami, kemudian mereka melepaskan diri dari ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh syetan sampai ia tergoda, maka jadilah ia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki sesunguhnya Kami tinggikan derajatnya dengan ayat-ayat itu. Tetapi ia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannnya seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang yang mendustakan ayat-ayat Kami maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir." (Al-A'raaf: 175-176).
Amal yang paling dicintai oleh Allah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya: “Amalan apa yang paling di sukai Allah? Beliau menjawab: "Yakni yang terus menerus walaupun sedikit".
Aisyah radhiyallah 'anha ditanya: Bagaimana Rasulullah mengerjakan sesuatu amalan, apakah ia pernah mengkhususkan sesuatu sampai beberapa hari tertentu, ia menjawab: "Tidak, namun Beliau mengerjakan secara terus menerus, dan siapapun diantara kalian hendaknya ia jika mampu mengerjakan sebagaimana yang dikerjakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam .
Hadits ini memberikan beberapa pelajaran, antara lain:
Hendaknya seluruh kebajikan kita laksanakan secara keseluruhan tanpa pilih-pilih, menurut kemampuan kita dan dikerjakan secara rutin.
Tengah-tengah dalam beribadah (sedang-sedang), dan menjauhi segala bentuk berlebihan, agar jiwa selalu bersemangat dan lapang, maka dengan ini akan tercapai segala tujuan ibadah, dan sempurna dari berbagai segi.
Supaya rutin dalam beramal, suatu amalan meskipun sedikit jika dilakukan secara terus menerus lebih baik dari pada amalan yang banyak namun kemudian terputus.
Dengan demikian amalan yang sedikit namun rutin akan memberi buah dan nilai tambah yang berlipat ganda dari pada amalan banyak yang terputus. Terus Beribadah Hingga Ajal Menjemput
Allah Yang Maha Suci dan Maha Mulia telah berfirman kepada hamba dan RasulNya Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Beribadah kamu kepada Rabb-mu hingga datang kepadamu Al Yaqin". Ya'ni maut. (Al-Hijr: 44).
Maksud ayat ini adalah: Janganlah kamu berhenti dari beribadah sehingga kamu mati. Jadikanlah batas ibadah adalah batas kehidupan.
Hamba Allah Nabi Isa alaihi salam berkata (dalam Al Quran), artinya:
"Dan Dia telah memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku masih hidup." (QS. Maryam: 31).
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya jika anak adam meninggal maka putus sudah amalnya.." Maka dari sini tiada yang membatasi atau memutuskan amal ibadah kecuali bila telah datang maut. Jadi meskipun bulan Ramadhan telah berlalu maka seoarang Mukmin hendaknya jangan berhenti dari menjalankan puasa, karena masih banyak puasa-puasa yang lain yang disyariatkan dalam waktu setahun seperti puasa tiga hari dalam tiap bulan, puasa senin kamis, puasa Arafah dan lain-lain. Demikian juga meskipun qiyam di bulan Ramadhan (tarawih) telah usai maka seorang mukmin janganlah berhenti dari menjalakan shalat malam.
Maka hendaklah Anda bersemangat untuk tetap teruskan kontinyu dalam beribadah sesuai dengan kemampuan Anda, dan perlu Anda ketahui beberapa cara untuk tetap berada di atas diinullah dan ketaatan kepada-Nya:
1. Berdo'a supaya senantiasa tetap diatas agama Allah, sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam banyak-banyak membaca do'a, dengan sabdaNya: "Wahai dzat yang membolak-balikkan hati tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu: (HR. At-Tirmidzi 4/390).
2. Sabar, firman Allah (QS. Al-Ankabut: 58-59).
3. Menelusuri jejak orang-orang shaleh, firman Allah (QS. Hud: 120).
4. Dzikrullah dan membaca Al-Quran.
5. Mempelajari ilmu syar'i dan mengamalkannya, firman Allah (QS. An Nahl: 102).
Terakhir, ketahuilah bahwa termasuk ciptaan Allah adalah Surga, yang jika anda ingin mendatanginya nampak penuh dengan kesusahan, dan ciptaan Allah yang lain adalah neraka, yang jika anda mendatanginya terasa sangat menyenangkan. Surga itu ditutupi dengan hal-hal yang tidak disukai hawa nafsu, sedangkan neraka ditutupi dengan syahwat dan hal-hal yang menyenangkan. Maka apakah termasuk orang-orang yang berakal jika seseorang menjual surga dan seisinya dengan kesenangan yang sesaat.
Jikalau Anda berkata: "Sesungguhnya meninggalkan syahwat (kesenang-an yang menjerumuskan) itu perkara yang susah dan sulit. Maka jawabannya: "Sesungguhnya rasa berat itu hanyalah bagi orang-orang yang meninggalkan syahwat bukan karena Allah. Adapun jika anda meninggalkannya secara sungguh-sungguh dan ikhlas, maka tidak akan terasa berat atau susah meninggalkan-nya kecuali pada awal permulaan saja, dan ini untuk menguji apakah benar-benar ingin meninggalkannnya atau hanya-main-main saja. Jika dalam masa-masa ini mau bersabar maka anda akan mendapati keutamaan dan kenikmatan dari Allah yang begitu membahagiakan, karena orang yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.
Sebagai perumpamaan dari hal tersebut, yakni kaum muhajirin yang berhijrah meninggalkan harta mereka, tanah kelahiran mereka, kerabat dan teman, semata-mata karena Allah maka akhirnya mengganti dengan rizqi-rizqi yang banyak di dunia dan di surga.
Nabi Ibrahim alaihis salam ketika pergi meninggalkan kaumnya, bapaknya dan apa yang mereka sembah selain Allah, akhirnya Allah memberikan putra Ishaq alaihis salam dan Ya’kub alaihis salam serta anak turunan yang shaleh, Nabi Yusuf alaihis salam juga manakala ia bisa menahan nafsu dan menjaganya agar tidak tergoda rayuan dari majikannya. Dan ia bersabar di dalam penjara, ia lebih suka kepada penjara tersebut agar menjauhkan diri dari lingkaran kejahatan dan fitnah. Maka akhirnya Allah mengganti dengan kedudukan yang mulia di muka bumi. (Sumber; Wa Madza ba'da Ramadhan )

SIFAT DERMAWAN



Hadis keterangan dari Siti Aisyah R.A. Diriwayatkan oleh Imam Thobroni dalam kitab Hadist Ausath
Dinukil oleh imam Jalaludin Sayuthi di dalam Jaami’ush Shodhir jilid II bab HURUF SYIN halaman 61, Artinya : “Bersabda Rosululloh SAW, “Dermawan itu dekat dari Alloh, dekat dari manusia, dekat dari syurga dan jauh dari neraka. Dan kikir itu jauh dari Alloh, jauh dari manusia, jauh dari syurga, dan dekat dari neraka. Orang bodoh yang dermawan lebih disukai Alloh daripada orang ahli ibadah yang kikir
Hadis ini menerangkan As Sakhiyyu (sifat dermawan), yakni :
  • Sifat dermawan itu bukan benda,
  • Sifat dermawan itu bukan ucapan
  • Sifat dermawan itu bukan materi
  • Melainkan sifat dermawan itu sifat hati yang terpuji
Sifat dermawan mempunyai dua kekuatan, yakni :
  1. kekuatan mendekatkan, mendekatkan diri manusia kepada Alloh, mendekatkan diri manusia kepada sesama manusia, mendekatkan diri manusia kepada syurga
  2. dan kekuatan menjauhkan, menjauhkan diri manusia dari api neraka
Begitu pula sifat bakhil.
  • Sifat bakhil itu bukan benda,
  • Sifat bakhil itu bukan ucapan
  • Sifat bakhil itu bukan materi
  • Melainkan sifat bakhil itu adalah itu sifat hati yang tercela, sifat pelit bin medit bin kikir
Sifat bakhil mempunyai dua kekuatan pula, yakni :
  1. kekuatan menjauhkan, menjauhkan diri manusia kepada Alloh, menjauhkan diri manusia kepada sesama manusia, menjauhkan diri manusia kepada syurga
  2. dan kekuatan mendekatkan, mendekatkan diri manusia dengan api neraka
Manusia merdeka untuk memilih di antara dua pilihan ini, apakah memilih dermawan ataukah memilih bakhil.
Barangsiapa yang hendak beriman hendaklah beriman dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir” QS Al Kahfi 29
Hubbul Ma’al alias Cinta Uang
Hubbul maal bisa diartikan sebagai cinta kepada harta. Acapkali kecintaan manusia terhadap harta ini melebihi cintanya kepada yang lain, dirinya sendiri, bahkan kepada orang terdekatnya yaitu kedua orang tua. Al Quran telah menjelaskan fenomena ini, sebagaimana firmanNya,
Dan kau mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS Al Fajr 20).
Banyak kejadian yang lazimnya terjadi karena harta. Sebut misalnya, perkelahian antara saudara dalam memperebutkan hak waris, antara rekan bisnis, bahkan seorang anak berani membunuh orang tuanya demi alasan ini. Kecintaan manusia yang lazimnya tidak terjadi karena harta dapat menjadikannya seorang yang bakhil (kikir), Allah SWT berfirman dalam ayat suci Alquran,
“Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya pada harta,” (QS Al ‘Adiyat 8).
Sebagian ahli tafsir menjelaskan menjelaskan ayat ini, bahwasanya sebab manusia itu menjadi bakhil karena sangat kuat cintanya pada harta. Harta adalah perhiasaan bagi dunia. Dalam Al Quran dikatakan,
Harta dan anak – anak adalah perhiasan kehidupan dunia” (QS Alkahfi 46).
Islam memberikan beberapa penawar untuk menghilangkan dampak negative hubbul maal, yaitu dengan menafkahkannya di jalan Allah,
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang kamu keluarkan dari bumi untuk kamu” (QS Al Baqarah 267).
Ayat ini selain menganjurkan bersedekah, juga mengisyaratkan harta yang kita miliki saat ini di bumi hanyalah titipanNya. Dalam potongan ayat yang lain, Allah SWT mengingatkan,
Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (QS Ali Imran 185).
Berderma, selain membersihkan harta kita dari yang bukan hak kita, juga membersihkan hati kita dari cinta berlebihan terhadap harta.
Banyak orang berprasangka dengan bersedekah hartanya akan berkurang dan ia akan jatuh miskin. Padahal, bila keyakinan itu tertanam dalam sanubari, sesungguhnya kita sedang memainkan skenario setan.
Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir)” (QS Al Baqarah 268).
Bahayanya Hubbul Ma’al
Bagaimana Qorun zaman Nabi Musa AS, disuruh Shodaqoh tidak mau karena cinta kepada uang atau dinar. Akhirnya Qorun tenggelam diapit bumi. Sebagaimana tersebut dalam QS At-Taubat 34,
“Wahai orang yang beriman sesungguhnya banyak orang dari orang alim Yahudi dan orang alim Nashroni, semuanya itu memakan harta benda manusia dengan secara bathal”
Mestinya AHBAARU  RUHBAANI itu tidak sampai tergiur dunia, tidak sampai tergiur uang , tapi ternyata di sini orang-orang ‘Alim Yahudi, Nashroni terkecoh oleh AL AMWAL (harta), terkecoh uang.  Ini betul Imam Ghozali, bahwa banyak orang  yang  sampai menyembah uang, sampai jadi pepatah Musyrik  populer, hingga kadang orang yang mengatakan demikian itu menjadi ikut Musyrik, tapi tidak terasa. Contohnya mereka mengatakan “Uang kuasa Bung!” Jadi yang kuasa itu uang, bukan Gusti Alloh. Hal yang demikian itu kan konyol.
Hati manusia tidak mampu ditaklukkan dengan uang
Dikira uang kuasa, jangankan uang sedikit, harta benda di seluruh dunia ini tidak mampu untuk menaklukkan hati manusia. Alloh Ta’ala berfirman dalam Al Qur-an surat Al Anfal ayat 63,
“Seandainya kamu (Muhammad) menginfaqkan segala yang ada di bumi, tidak bisa kamu menuntut menundukkan hati mereka”
Hati tidak bisa ditundukkan dengan uang, katanya uang kuasa.
Coba lihat kalau orang dihormati karena uangnya, memang orang kaya itu dihormati, tapi itu penghormatan yang imitasi, yang dihormati bukan orangnya, tapi uangnya. Makanya kemudian timbul, kalau uangnya habis, orangnya sudah tidak dihormati dan berkeluh kesah, menyesal, yang akhirnya keluar ucapan :
Aku beruang, aku disayang, uang punah aku dihina
Waktu aku ada duwit dijiwit, uang puret aku dijiret
Aku jutawan tempat pujaan, uang surut aku dihanyut
Uang menggunung aku disanjung, tinggal puntung aku dipenthung.
Ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang
Itu keluh kesahnya orang menilai sesuatu pada uang. Ini coba diangan-angan, salahnya sendiri.
Kadang-kadang sampai marah, “Tidak melihatkah matanya, dulu saya biayai !
Ini semua karena uang. Ini supaya diangan-angan, banyak mana yang celaka karena harta dengan yang celaka karena Arca.
Mengapa uang itu dicintai, padahal tidak cinta bentuknya, tidak cinta baunya, tidak cinta barunya, tidak cinta mutunya, tidak cinta rasanya, tidak cinta suaranya?. Ini namanya cinta di luar tingkat panca indra, yaitu namanya CINTA WASHILAH.
Imam Ghozali mengatakan ;
“HIBBATUN WAASHILATUN LIDAWAABIL WUJUUD”
Artinya:
“Cinta washilah, cinta perantara”
Karena uang itu bisa dijadikan perantara. Ingin mempunyai gula, uang itu bisa dibuat membeli gula. Ingin punya pakaian, uang bisa dijadikan perantara untuk mendapatkan pakaian. Selama uang itu masih bisa dijadikan perantara (washilah), maka selama itu uang masih dicintai. Meskipun uang itu baru, tapi kalau sudah tidak laku, tidak bisa dijadikan washilah untuk mencapai sesuatu, maka sudah tentu tidak dicintai. Jadi cinta uang itu bukan cinta rasa, bukan cinta bau, bukan cinta mutu, bukan cinta rupa, bukan cinta suara, akan tetapi ini cinta diluar panca indra.
Cinta uang itu lebih kuat daripada cinta tingkat panca indra.
Coba kita lihat, banyak orang yang jatuh karena uang, banyak hakim menyeleweng karena uang, banyak atasan yang jatuh karena uang, mestinya lulus tidak diluluskan, yang tidak lulus diluluskan. Sampai ada sebagaian ulama’ yang bisa dibeli dengan uang, seperti hukum Islam yang harom dijadikan halal hanya karena uang, yaitu disuruh menghalalkan yang harom dan mengharomkan yang halal. Padahal semua itu larangan dari Alloh dan akhirnya akan dilaknat oleh Alloh SWT. Sebagaimana hadist – hadist Nabi yang berbunyi,
“Bersabda Rosululloh SAW ” Laknatnya Alloh atas  orang yang menyuap dan yang disuap” (‘An Ibnu Umar , rowahu Ahmad  wa Abi  Dawuud wat Tirmiidzi wa Ibnu Maajah /  Jami’us Shoghir / bab huruf laam /hal.123).
“Laknatnya Alloh atas orang yang menyuap dan yang disuap di dalam hukum” (‘An Abi Huroiroh , rowahu Ahmad wat Tirmiidzi wal Hakim / Jamius Shoghir / bab huruf lam / hl. 262)
Dalam hadist ini diterangkan bahwa hakim yang menyelewengkan hukum adalah terkena laknat Alloh. Orang yang menyuap hakim, maupun hakim yang disuap oleh orang tersebut, kedua-duanya adalah terkena laknat Alloh.
Atas besarnya bahaya bagi orang yang cinta kepada uang, maka nabi Ibrohim sampai berdoa kepada Alloh. Sebagaimana tersebut dalam surat  Ibrohim ayat 35,
Dan ingatlah ketika berdoa Ibrohim, “Ya Tuhanku, jadikan negr kamii ini negri yang aman, dan jauhkanlah saya dan anak-anak saya (keturunan saya) dari menyembah berhala
Dalam ayat ini diterangkan bahwa Nabi Ibrohim as berdoa:
1. Nabi Ibrohim as minta kepada Alloh SWT supaya  negrinya dijadikan negri yang aman.
2. Nabi Ibrohim as minta kepada Alloh SWT supaya dirinya dan anak cucunya dijauhkan dari menyembah berhala (Berhala bahasa arabnya ASHNAAM).
Menurut ahli dhohir, setiap ASHNAAM itu dimaknai berhala batu / arca. Tapi yang dimaksud disini bukan berhala arca, bukan berhala batu yang diukir-ukir itu. Dan menurut Imam Ghozali yang dimaksud ASHNAAM  ini  adalah Uang atau dinar ini diperkuat oleh pernyataan Rosululloh,
“Bersabda Rosululloh SAW, dilaknat orang yang menyembah Dinar, dilaknat orang yang menyembah Dirham” (‘An Abi Huroiroh)
Jadi berhala yang dimaksud adalah uang, bukan berhala arca. Orang – orang yang menjadikan uang di atas segala – galanya sampai hilang kemanusiaannya.
Anjuran Memberi
Dalam Al-Quran surat Al-Hadid 7 “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasulnya dan infakkanlah (dijalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah). Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala besar”.
Sikap memberi baru akan muncul ketika rasa cinta ada. Nilai cinta inilah yang kemudian membuat orang berbuat untuk sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Bak kasih sayang seorang ibu kepada anak, ibu yang memberikan jiwa raga untuk anaknya, semua dikorbankan demi anaknya. Pada hakikatnya ketika seseorang berbuat baik kepada makhluk Alloh yang lain, dia telah berbuat baik kepada dirinya sendiri.
Ada lebih dari sepuluh ayat yang memerintahkan kita untuk bershodaqoh. Seperti surat Al baqoroh ayat 196, yang menerangkan shodaqoh itu bisa sebagai ganti rukun ibadah haji yaitu hulul atau mencukur rambut. Bahkan di dalam surat At taubat ayat 60, salah satu rukun Islam yaitu zakat dalam Al qur’an di sebut dengan kalimat shodaqoh. Di ayat lain juga di sebutkan janganlah kamu takut miskin karena bershodaqoh. Justru terhadap orang yang shodaqoh itu Alloh akan melipat gandakan rezekinya. Apalagi di dalam Al Qur’an surat Al Maun disebutkan bahwa : orang yang tidak mau menyantuni anak yatim dan fakir miskin di cap Alloh sebagai Yukadzibu biddin atau pembohong agama. Yang tidak di perbolehkan apabila kita memberikan shodaqoh orang dengan tidak ikhlas, dengan perasaan riya’ atau ingin di puji orang dan memberikan shodaqoh dengan cara menyakiti perasaan orang yang di beri shodaqoh.
Demikian pula dalam hadist-hadist Rosululloh selalu menganjurkan kepada kita untuk selalu bershodaqoh. Bahkan di dalam satu hadistnya di sebutkan beliau bahwa, shodaqoh itu sesuatu yang ajaib. Kata-kata tersebut sampai di ulang sampai 3 kali. Demikian yang di sebutkan dalam kitab Tanbighul Ghofilin.
Keajaiban shodaqoh ini di sebutkan dalam hadist-hadist yang lain, bahwa diantaranya adalah : shodaqoh itu bisa untuk obat bagi orang sakit, bisa menambah umur, bisa untuk menghilangkan kesombongan (seperti sifat iblis) : bisa untuk mendekatkan diri kepada sesama manusia, mendekatkan diri kepada Alloh, dekat kepada saya (Nabi Muhammad) dan menjauhkan kita dari api neraka.
Bahkan kata hadist yang lain, “orang bodoh yang dermawan itu lebih baik dan lebih di cintai oleh Alloh daripada orang yang ahli ibadah tetapi bakhil atau kikir”
Ada satu kisah yang di alami oleh seorang ahli tasawuf besar dari kota Bagdad yang namanya Syeh Junaid al-Bagdadi. Beliau bercerita, “Suatu ketika, ada seorang pengemis berdiri di depan rumahku. Saya heran, mengapa ia menjadi pengemis padahal fisiknya cukup kuat dan sehat untuk bekerja mencari rizki. Menurut pandanganku ia tidak pantas menjadi pengemis. Pada malam harinya aku bermimpi melihat suatu hidangan yang tertutup dan aku disuruh makan hidangan tersebut. Ketika aku buka tutup hidangan itu, aku melihat mayat yang terbujur.
Kemudian aku berkata, ya Alloh, mengapa aku di suruh makan mayat ini? Kemudian terdengar suara, “Kenapa kamu tadi siang makan mayat?” Aku paham kata sindiran tersebut. Dan segara aku mohon ampun kepada Alloh dan segera mencari pengemis yang siang tadi aku tolak. Ketika bertemu, pengemis tadi berkata, “Alloh menerima taubat orang yang mau taubat, maka dari itu janganlah menyangka yang bukan-bukan kepada orang lain”
Dari kisah Syeh Junaid Al-Bagdadi tersebut, maka janganlah kita itu menolak terhadap pengemis, janganlah menyangka yang bukan-bukan, jangan menghina dan menghardik mereka, menyakiti perasaan mereka. Kalau kita tidak punya uang, berikanlah dengan kata-kata yang baik. karena dalam surat Dhuha ayat 10 disebutkan, Wa ammaassaa ila falaa tanhar. (Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya).
—-
Kebanggaan menerima sesuatu, adalah hal biasa, hal yang otomatis. Kebanggaan karena bisa memberikan sesuatu, adalah hal yang terpuji….
Tidak cukup menjadi orang baik, kalau tidak memberi kebaikan pada sekelilingnya. Jangan mengukur kemurahan Allah, dengan pemberian dan keyakinan kita bahwa Allah akan memberikan kembali apa yang hilang dari kita. Pemenuhan keinginan yang menghasilkan kepuasan di dunia, kurang tepat apabila di sebut surga dunia. Yang tepat adalah surga bagi hawa nafsu.
Kita sering lupa, kalau kita memiliki banyak hal. Kita lupa kalau kita bisa memberi. Kita merasa tak memiliki apapun, dan hanya terpacak pada bendawi yang kita miliki. Padahal kita bisa memberi senyum pada sesama, kita bisa memberi jalan kendaraan yang lewat, kita bisa memberi pemikiran kita, untuk koperasi di kampung, kita bisa memberikan tenaga untuk membangun rumah layak huni bagi yang membutuhkan.
Kita bisa memberi kesabaran kita pada orang yang memotong jalan. Atau memberi tempat duduk di bis  pada orang hamil. Banyak hal yang bisa kita beri pada sesama. Ah, kita sesungguhnya memiliki

Selasa, 14 Agustus 2012

Adab Makan Dan Minum

Seorang muslim ketika makan dan minum bertujuan untuk memelihara kesehatan badannya agar bisa melak-sanakan ibadah kepada Allah Ta'ala. Dengan ibadah tersebut dia akan mendapatkan kemuliaan dan kesenangan di akhirat. Karenanya seorang muslim tidak seharusnya makan dan minum semata karena hawa nafsu.
Orang muslim menghadapi hidangan dengan rasa syukur dan taqwa, lalu makan dan minum sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasalam, yaitu sebagai berikut:

A. Adab sebelum makan
  1. Makan dan minum dari yang halal dan baik, menghindarkan dari yang haram dan meragukan. Allah berfirman:"Hai orang-orang yang beriman, makanlah olehmu dari (sesuatu) yang baik yang Kami anugerahkan padamu." (Al-Baqarah: 172). 
  2. Makan dan minum dengan niat untuk menguatkan diri dalam beribadah kepada  Allah, agar mendapatkan pahala atas apa yang dimakan dan diminumnya. Karena, sesuatu yang mubah apabila diniati baik maka akan menjadi sebuah ketaatan yang menghasilkan pahala bagi seorang muslim. 
  3. Mencuci tangan sebelum makan apabila ada kotoran di tangannya atau masih belum yakin dengan kebersihan tangannya. 
  4. Meletakkan makanan di atas sufrah (alas/taplak) tempat makanan dan ditelakkan di atas lantai atau tanah, tidak di atas meja makan. Ini lebih mendekatkan kepada sikap merendahkan hati (tawadhu') di dalam menerima nikmat Allah, sebagaimana Anas radhiallahu anhu  menjelaskan: "Rasulullah shallallahu alaihi wasalam  tidak makan di atas meja dan tidak pula di mangkok." (HR. Al-Bukhari). 
  5. Duduk dengan sopan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasalam:
    "Aku tidak makan dengan bertelekan/bersandar, sesungguhnya aku seorang hamba, aku makan sebagaimana seorang hamba makan dan aku duduk sebagaimana seorang hamba duduk." (HR. Al-Bukhari). 
  6. Meridhai makanan yang ada, tidak mencaci dan mencela makanan. Apabila menyukainya dimakan, dan apabila tidak ditinggalkan. Abu Hurairah radhiallahu anhu  menjelaskan: "Rasulullah shallallahu alaihi wasalam  tidak pernah mencela makanan, apabila beliau menyukainya ingin beliau memakannya, jika tidak suka , beliau meninggalkannya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). 
  7. Makan bersama-sama, dengan tamu atau dengan isteri dan anaknya, atau dengan pembantunya. Dalam sebuah riwayat: "Berkumpullan kamu sekalian dalam makananmu, niscaya diberkahi kamu sekalian di dalamnya." (Abu Daud dan At-Tirmidzi, dengan sa-nad hasan karena banyak syahid-nya)


B. Adab di saat bersantap
  1. Memulai makan atau minum dengan mengucapkan basmalah, sesuai sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasalam :"Apabila salah satu di antara kamu akan makan, maka sebutlah nama Allah Ta'ala. Apabila ia lupa menyebut nama Allah Ta'ala (di permulaannya), maka sebutlah nama Allah dengan meng-ucapkan, 'Bismillahi awwalahu wa akhirahu'." (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi, ia katakan hasan shahih). 
  2. Mengakhiri makan dengan mengucapkan alhamdulillah, sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasalam  mengajarkannya:"Barangsiapa yang selesai makan mengucapkan, 'Alhamdulillah (segala puji bagi Allah) yang telah memberi makan kepadaku, dan telah memberiku rizki dengan tanpa adanya kemampuan dan kekuatan dariku', maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. At-Tirmidzi, ia katakan hasan shahih). Atau membaca doa-doa lain yang pernah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasalam  dalam sunnah-sunnahnya yang shahih. 
  3. Makan dengan tiga jari tangan kanannya, mengecilkan suapan, dan memakan yang paling dekat dengannya, tidak dari tengah piring, sebagaimnana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasalam  kepada Amr bin Salamah: "Hai bocah, sebutlah nama Allah, dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang di dekatmu." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat lain Rasulllah shallallahu alaihi wasalam  bersabda: "Berkah itu turun di tengah makanan, maka makanlah kamu sekalian dari pinggirnya dan janganlah kalian makan dari tengahnya." (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi, ia katakan hasan shahih).Termasuk sunnah Rasul shallallahu alaihi wasalam , yaitu makan dengan jari, bila memungkinkan makanan itu dimakan dengan tiga jari, apabila tidak mungkin karena termasuk makanan yang berair boleh dimakan dengan mamakai sendok. 
  4. Apabila makanan yang ia makan terjatuh, sebaiknya diambil dan dibersihkan dari kotoran, lalu dimakan setelah bersih. Rasulullah shallallahu alaihi wasalam  bersabda: "Apabila sepotong makananmu jatuh, maka ambillah dan bersihkanlah apabila ada bagian yang kotor, kemudian makanlah (setelah bersih), jangan membiarkan makanan itu diambil oleh syaitan." (HR. Muslim). 
  5. Mengunyah dengan baik dan menjilat jari tangannya dari bekas makanan. Telah bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wasalam, dari Ka'ab radhiallahu anhu, ia berkata: "Aku melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasalam  makan dengan menggunakan tiga jari dan tatkala selesai beliau menjilat ketiga jarinya itu." (HR. Muslim). 
  6. Menghindari makan terlalu kenyang, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasalam :
    "Tidaklah anak Adam memenuhi suatu bejana yang lebih buruk daripada memenuhi perutnya. Cukuplah bagi anak Adam dengan beberapa suap untuk menopang punggungnya. Apabila tidak bisa, maka sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum dan sepertiga untuk bernafas." (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa'i, hasan shahih). 
  7. Tidak meniup/bernafas di dalam makanan yang panas, tidak memakannya kecuali makanan itu telah dingin, dan tidak bernafas di dalam tempat minum, namun bernafas di luarnya tiga kali. Anas zmenjelaskan, "bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasalam  bernafas tiga kali di saat beliau minum". Dalam riwayat lain dijelaskan, dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma , ia berkata: Bahwasanya Rasulullah melarang bernafas di dalam tempat minum atau meniup di dalamnya." (HR. At-Tirmidzi dan Al-Bukhari dengan lafazh lain). 
  8. Tidak minum dengan sekaligus habis. Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma , Rasulullah shallallahu alaihi wasalam  bersabda: "Kalian jangan minum (segelas dihabiskan) sekaligus seperti unta, tetapi minumlah dua atau tiga kali, dan sebelumnya hendaklah membaca basmalah, kemudian sesudahnya membaca alhamdulillah." (HR. At-Tirmidzi dan ia katakan, hasan shahih). 
  9. Tidak minum langsung dari mulut teko/poci (makruh hukumnya). Dari Abu Hurairah z, ia berkata: "Rasulullah melarang seseorang minum dari mulut tempat minuman atau teko." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). 

Itulah di antara adab-adab makan dan minum yang bisa kita laksanakan sebagai wujud dari kecintaan kita kepada sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasalam . (Miftahur Rohman).

Sumber: Kitab Minhajul Muslim dan Riyadhus Shalihin. 

Minggu, 12 Agustus 2012

DI@Z TRI HANTORO: FOTO KENANGAN PLPG

DI@Z TRI HANTORO: FOTO KENANGAN PLPG

FOTO KENANGAN PLPG






KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN

KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN
1. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberi khabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda: "Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepada kalian puasa didalamnya. Pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat. Pada bulan ini terdapat malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa."  (HR. Ahmad dan An-Nasa'i)
2. Dari Ubadah bin Ash Shamit, bahwa Rasulullah  bersabda:
"Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan keberkahan, AIlah mengunjungi kalian pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan do'a. Allah melihat berlomba-lombanya kalian pada bulan ini dan membanggakan kalian kepada para malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari diri kalian. Karena orang yang rugi ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini. " (HR. Ath-Thabrani. Para  periwayatnya terpercaya. Al-Mundziri berkata: "Diriwayatkan olehAn-Nasa'i dan Al-Baihaqi, keduanya dari Abu Qilabah, dari Abu Hurairah, tetapi setahuku dia tidak pemah mendengar darinya.")
3.  Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda:
"Umatku pada bulan Ramadhan diberi lima keutamaan yang tidak diberikan kepada umat sebelumnya, yaitu: bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma kesturi, para malaikat memohonkan ampunan bagi mereka sampai mereka berbuka, Allah Azza Wa Jalla setiap hari menghiasi Surga-Nya lalu berfirman (kepada Surga), 'Hampir tiba saatnya para hamba-Ku yang shalih dibebaskan dari beban dan derita serta mereka menuju kepadamu, Pada bulan ini para jin yang jahat diikat sehingga mereka tidak bebas bergerak seperti pada bulan lainnya, dan diberikan kepada ummatku ampunan pada akhir malam. "Beliau ditanya, 'Wahai Rasulullah apakah malam itu Lailatul Qadar' Jawab beliau, 'Tidak. Namun orang yang beramal tentu diberi balasannya jika menyelesaikan amalnya.' " (HR. Ahmad)'" Isnad hadits tersebut dha'if, dan di antara bagiannya ada nash-Nash lain yang memperkuatnya.
KEUTAMAAN PUASA
1. Dalil :
Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Nabi bersabda:
"Setiap amal yang dilakukan anak adam adalah untuknya dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman, 'Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya. la telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku.' Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum daripada aroma kesturi."
2. Bagaimana ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah?
Perlu diketahui, bahwa ber-taqarrub kepada Allah tidak dapat dicapai dengan meninggalkan syahwat ini -yang selain dalam keadaan berpuasa adalah mubah- kecuali setelah ber-taqarrub  kepada-Nya dengan meninggalkan apa yang diharamkan Allah dalam segala hal, seperti: dusta, kezhaliman dan pelanggaran terhadap orang lain dalam masalah darah, harta dan kehormatannya. Untuk itu, Nabi bersabda : "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh dengan puasanya dari makan dan minum." (HR. Al-Bukhari) .
Inti pernyataan ini, bahwa tidak sempurna ber-taqarrub kepada Allah Ta'ala dengan meninggalkan hal-hal yang mubah kecuali setelah ber-taqarrub kepada-Nya dengan meninggalkan hal-hal yang haram. Dengan demikian, orang yang melakukan hal-hal yang haram kemudian ber-taqarrub kepada Allah dengan meninggalkan hal-hal yang mubah, ibaratnya orang yang meninggalkan hal-hal yang wajib dan ber-taqarrub dengan hal-hal yang sunat.
Jika seseorang dengan makan dan minum berniat agar kuat badannya dalam shalat malam dan puasa maka ia mendapat pahala karenanya. Juga jika dengan tidurnya pada malam dan siang hari berniat agar kuat beramal (bekerja) maka tidurnya itu merupakan ibadah.
Jadi orang yang berpuasa senantiasa dalam keadaan ibadah pada siang dan malam harinya.Dikabulkan do'anya ketika berpuasa dan berbuka. Pada siang harinya ia adalah  orang yang berpuasa dan sabar, sedang pada malam harinya ia adalah orang yang memberi makan dan bersyukur.
3. Syarat mendapat pahala puasa :
Di antara syaratnya, agar berbuka puasa dengan yang halal. Jika berbuka puasa dengan yang haram maka ia termasuk orang yang  menahan diri dari yang dihalalkan Allah dan memakan apa yang diharamkan Allah, dan do'anya tidak dikabulkan.
              Orang berpuasa yang berjihad :
Perlu diketahui bahwa orang mukmin pada bulan Ramadhan melakukan dua jihad, yaitu :
    1. Jihad untuk dirinya pada siang hari dengan puasa.
    2. Jihad pada malam hari dengan shalat malam.
Barangsiapa yang memadukan kedua jihad ini, memenuhi segala hak-haknya dan bersabar terhadapnya, niscaya diberikan kepadanya pahala yang tak terhitung. (Lihat Lathaa'iful Ma 'arif, oleh Ibnu Rajab, hlm. 163,165 dan 183)
 
Daftar IsiKEKHUSUSAN DAN KEISTIMEWAAN BULAN RAMADHAN
1.  Puasa Ramadhan adalah rukun keempat dalam Islam. Firman Allah Ta'ala :
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu sekalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa. " (QS Al-Baqarah: 183).
Sabda Nabi .
Islam didirikan di atas lima sendi, yaitu: syahadat tiada sembahan yang haq selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji ke Baitul Haram." (Hadits Muttafaq 'Alaih).
Ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa, dan salah satu sebab untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa, pelipatgandaan kebaikan, dan pengangkatan derajat. Allah telah menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya dari amal-amal ibadah lainnya. Firman Allah dalam hadits yang disampaikan oleh Nabi :
"Puasa itu untuk-Ku dan Aku langsung membalasnya. Orang yang berpuasa mendapatkan dua  kebahagiaan, yaitu kebahagiaan ketika berbuka puasa dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum dari pada aroma kesturi." (Hadits Muttafaq 'Alaih).
Dan sabda Nabi :
"Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."  (Hadits Muttafaq 'Alaih).
Maka untuk memperoleh ampunan dengan puasa Ramadhan, harus ada dua syarat berikut ini:
  1. Mengimani dengan benar akan kewajiban ini.
  2. Mengharap pahala di sisi Allah Ta 'ala.
2. Pada bulan Ramadhan diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi umat manusia dan berisi keterangan-keterangan tentang petunjuk dan pembeda antara yang haq dan yang bathil.
3. Pada bulan ini disunatkan shalat tarawih, yakni shalat malam pada bulan Ramadhan, untuk mengikuti jejak Nabi , para sahabat dan Khulafaur Rasyidin. Sabda Nabi
"Barangsiapa mendirikan shalat malam Ramadhan karena iman dan mengharap pahala (dari Allah) niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."  (Hadits Muttafaq 'Alaih).
4.  Pada bulan ini terdapat Lailatul Qadar (malam mulia), yaitu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, atau sama dengan 83 tahun 4 bulan. Malam di mana pintu-pintu langit dibukakan, do'a dikabulkan, dan segala takdir yang terjadi pada tahun itu ditentukan. Sabda Nabi :
"Barangsiapa mendirikan shalat pada Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. "  (Hadits Muttafaq 'Alaih).
Malam ini terdapat pada sepuluh malam terakhir, dan diharapkan pada malam-malam ganjil lebih kuat daripada di malam-malam lainnya. Karena itu, seyogyanya seorang muslim yang senantiasa mengharap rahmat Allah dan takut dari siksa-Nya, memanfaatkan kesempatan pada malam-malam itu dengan bersungguh-sungguh pada setiap malam dari kesepuluh malam tersebut dengan shalat, membaca Al-Qur'anul Karim, dzikir, do'a, istighfar dan taubat yang sebenar-benamya. Semoga Allah menerima amal ibadah kita, mengampuni, merahmati, dan mengabulkan do'a kita.
5. Pada bulan ini terjadi peristiwa besar yaitu Perang Badar, yang pada keesokan harinya Allah membedakan antara yang haq dan yang bathil, sehingga menanglah Islam dan kaum muslimin serta hancurlah syirik dan kaum musyrikin.
6. Pada bulan suci ini terjadi pembebasan kota Makkah Al-Mukarramah, dan Allah memenangkan Rasul-Nya, sehingga masuklah manusia ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong dan Rasulullah  menghancurkan syirik dan paganisme (keberhalaan) yang terdapat di kota Makkah, dan Makkah pun menjadi negeri Islam.
7. Pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu Neraka ditutup dan para setan diikat.
Betapa banyak berkah dan kebaikan yang terdapat dalam bulan Ramadhan. Maka kita wajib memanfaatkan kesempatan ini untuk bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan beramal shalih, semoga kita termasuk orang-orang yang diterima amalnya dan beruntung.
Perlu diingat, bahwa ada sebagian orang –semoga Allah memberikan petunjuk kepadanya- mungkin berpuasa tetapi  tidak shalat, atau hanya shalat pada bulan Ramadhan saja. Orang seperti ini tidak berguna baginya puasa, haji, maupun zakat. Karena shalat adalah sendi agama Islam. Sabda Nabi :
"Jibril datang kepadaku dan berkata: “Wahai Muhammad, siapa yang menjumpai bulan Ramadhan, namun setelah bulan itu habis dan ia tidak mendapat ampunan, maka jika mati ia masuk Neraka. Semoga Allah menjauhkannya. Katakan: Amin!. Aku pun mengatakan: “Amin." (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya. Lihat kitab An Nasha i'hud Diniyyah, hlm. 37-39).
Maka seyogyanya waktu-waktu pada bulan Ramadhan dipergunakan untuk berbagai amal kebaikan, seperti shalat, sedekah, membaca Al-Qur'an, dzikir, do'a dan istighfar. Ramadhan adalah kesempatan untuk menanam bagi para hamba Ailah, untuk membersihkan hati mereka dari kerusakan.
Juga wajib menjaga anggota badan dari segala dosa, seperti berkata yang haram, melihat yang haram, mendengar yang haram, minum dan makan yang haram agar puasanya menjadi bersih dan diterima serta orang yang berpuasa memperoleh ampunan dan pembebasan dari api Neraka.
Tentang keutamaan Ramadhan, Rasulullah bersabda:
"Aku melihat seorang laki-laki dari umatku terengah-engah kehausan, maka datanglah kepadanya puasa bulan Ramadhan lalu memberinya minum sampai kenyang " (HR. At-Tirmidzi, Ad-Dailami dan Ath-Thabarani dalam Al-Mu'jam Al-Kabir dan hadits ini hasan).
"Shalat lima waktu, shalat Jum'at ke shalat Jum 'at lainnya, dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan di antaranya jika dosa-dosa besar ditinggalkan." (HR. Muslim).
Jadi hal-hal yang fardhu ini dapat menghapuskan dosa-dosa kecil, dengan syarat dosa-dosa besar ditinggalkan. Dosa-dosa besar, yaitu perbuatan yang diancam dengan hukuman di dunia dan siksaan di akhirat. Misalnya: zina, mencuri, minum minuman keras, durhaka pada kedua orang tua, memutuskan hubungan kekeluargaan, transaksi dengan riba, mengambil risywah (uang suap), bersaksi palsu, memutuskan perkara dengan selain hukum Allah.
Seandainya tidak terdapat dalam bulan Ramadhan keutamaan-keutamaan selain keberadaannya sebagai salah satu fardhu dalam Islam, dan waktu diturunkannya Al-Qur'anul Karim, serta adanya Lailatul Qadar -yang merupakan malam yang lebih baik daripada seribu bulan- di dalamnya, niscaya itu sudah cukup, Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya.  (Lihat kitab Kalimaat Mukhtaarah, hlm. 74 – 76)
 


10 HARI TERAKHIR RAMADHAN

TENTANG SEPULUH HARI TERAKHIR BULAN RAMADHAN
Dalam Shahihain disebutkan, dari Aisyah radhiallahu 'anha, ia berkata :
"Bila masuk sepuluh (hari terakhir bulan Ramadhan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengencangkan kainnya menjauhkan diri dari menggauli istrinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan Keluarganya . " Demikian menurut lafazh Al-Bukhari.

Adapun lafazh Muslim berbunyi :
"Menghidupkan malam(nya), membangunkan keluarganya, dan bersungguh-sungguh serta mengencangkan kainnya.

Dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu lanha :
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersungguh-sungguh dalam sepuluh (hari) akhir (bulan Ramadhan), hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya. "

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengkhususkan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dengan amalan-amalan yang tidak beliau lakukan pada bulan-bulan yang lain, di antaranya:
  1. Menghidupkan malam: Ini mengandung kemungkinan bahwa beliau menghidupkan seluruh malamnya, dan kemungkinan pula beliau menghidupkan sebagian besar  daripadanya. Dalam Shahih Muslim dari Aisyah radhiallahu 'anha, ia berkata:
    "Aku tidak pernah mengetahui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam shalat malam hingga pagi. "
    Diriwayatkan dalam hadits marfu' dari Abu Ja'far Muhammad bin Ali :
    "Barangsiapa mendapati Ramadhan dalam keadaan sehat dan sebagai orang muslim, lalu puasa pada siang harinya dan melakukan shalat pada sebagian malamnya, juga menundukkan pandangannya, menjaga kemaluan, lisan dan tangannya, serta menjaga shalatnya secara berjamaah dan bersegera berangkat untuk shakat Jum'at; sungguh ia telah puasa sebulan (penuh), menerima pahala yang sempurna, mendapatkan Lailatul Qadar serta beruntung dengan hadiah dari Tuhan Yang Mahasuci dan Maha tinggi. " Abu Ja 'far berkata: Hadiah yang tidak serupa dengan hadiah-hadiah para penguasa. (HR. Ibnu Abid-Dunya).
     
  2. Rasulullah   shallallahu    'alaihi    wasallam membangunkan keluarganya untuk shalat pada malam-malam sepuluh hari terakhir, sedang pada malam-malam yang lain tidak.
    Dalam hadits Abu Dzar radhiallahu 'anhu  disebutkan:
    "Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam melakukan shalat bersama mereka (para sahabat) pada malam dua puluh tiga (23), dua puluh lima (25), dan dua puluh tujuh (27) dan disebutkan bahwasanya beliau mengajak (shalat) keluarga dan isteri-isterinya pada malam dua puluh tujuh (27) saja. "
    Ini menunjukkan bahwa beliau sangat menekankan dalam  membangunkan mereka pada malam-malam yang diharapkan turun Lailatul Qadar di dalamnya.
    At-Thabarani meriwayatkan dari Ali radhiallahu 'anhu :
    "Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membangunkan keluarganya pada sepuluh akhir dari bulan Ramadhan, dan setiap anak kecil maupun orang tua yang mampu melakukan shalat. "
    Dan dalam hadits shahih diriwayatkan :
    "Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengetuk (pintu) Fathimah dan Ali radhiallahu 'anhuma pada suatu malam seraya berkata:
    Tidakkah kalian bangun lalu mendirikan shalat ?"   (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
    Beliau juga membangunkan Aisyah radhiallahu 'anha pada malam hari, bila telah selesai dari tahajudnya dan ingin melakukan (shalat) witir.
    Dan diriwayatkan adanya targhib (dorongan) agar salah seorang suami-isteri membangunkan yang lain untuk melakukan shalat, serta memercikkan air di wajahnya bila tidak bangun). (Hadits riwayat Abu Daud dan lainnya, dengan sanad shahih.)
    Dalam kitab Al-Muwaththa' disebutkan dengan sanad shahih, bahwasanya Umar radhiallahu 'anhu melakukan shalat malam seperti yang dikehendaki Allah, sehingga apabila sampai pada pertengahan malam, ia membangunkan keluarganya untuk shalat dan mengatakan kepada mereka: "Shalat! shalat!" Kemudian membaca ayat ini :
    "Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. "  (Thaha: 132).
     
  3. Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengencangkan kainnya. Maksudnya beliau menjauhkan diri dari menggauli isteri-isterinya. Diriwayatkan bahwasanya beliau tidak kembali ke tempat tidurnya sehingga bulan Ramadhan berlalu.
    Dalam hadits Anas radhiallahu 'anhu disebutkan :
    "Dan beliau melipat tempat tidurnya dan menjauhi isteri-isterinya (tidak menggauli mereka).
    Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beri'tikaf pada malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Orang yang beri'tikaf tidak diperkenankan mendekati (menggauli) isterinya berdasarkan dalil dari nash serta ijma'. Dan "mengencangkan kain" ditafsirkan dengan bersungguh-sungguh dalam beribadah.
     
  4. Mengakhirkan berbuka hingga waktu sahur.
    Diriwayatkan dari Aisyah dan Anas uadhiallahu 'anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada malam-malam sepuluh (akhir bulan Ramadhan) menjadikan makan malam (berbuka)nya pada waktu sahur.Dalam hadits marfu' dari Abu Sa'id radhiallahu 'anhu, ia berkata :
    "Janganlah kalian menyambung (puasa). Jika salah seorang dari kamu ingin menyambung (puasanya) maka hendaknya ia menyambung hingga waktu sahur (saja). " Mereka bertanya: "Sesungguhnya engkau menyambungnya wahai Rasulullah ?"Beliau menjawab: "Sesungguhnya aku tidak seperti kalian. Sesungguhnya pada malam hari ada yang memberiku makan dan minum. "(HR. Al-Bukhari)
    Ini menunjukkan apa yang dibukakan Allah atas beliau dalam puasanya dan kesendiriannya dengan Tuhannya, oleh sebab munajat dan dzikirnya yang lahir dari kelembutan dan kesucian beliau. Karena itulah sehingga hatinya dipenuhi Al-Ma'ariful Ilahiyah (pengetahuan tentang Tuhan) dan Al-Minnatur Rabbaniyah (anugerah dari Tuhan) sehingga mengenyangkannya dan tak lagi memerlukan makan dan minum.
     
  5. Mandi antara Maghrib dan Isya'.
    Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu 'anha :
    "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika bulan Ramadhan (seperti biasa) tidur dan bangun. Dan manakala memasuki sepuluh hari terakhir beliau mengencangkan kainnya dan menjauhkan diri dari (menggauli) isteri-isterinya, serta mandi antara Maghrib dan Isya."
    Ibnu Jarir rahimahullah berkata, mereka menyukai mandi pada setiap malam dari malam-malam sepuluh hari terakhir. Di antara mereka ada yang mandi dan menggunakan wewangian pada malam-malam yang paling diharapkan turun Lailatul Qadar.
    Karena itu, dianjurkan pada malam-malam yang diharapkan di dalamnya turun Lailatul Qadar untuk membersihkan diri, menggunakan wewangian dan berhias dengan mandi (sebelumnya), dan berpakaian bagus, seperti dianjurkannya hal tersebut pada waktu shalat Jum'at dan hari-hari raya.
    Dan tidaklah sempurna berhias secara lahir tanpa dibarengi dengan berhias secara batin. Yakni dengan kembali (kepada Allah), taubat dan mensucikan diri dari dosa-dosa. Sungguh, berhias secara lahir sama sekali tidak berguna, jika ternyata batinnya rusak.
    Allah tidak melihat kepada rupa dan tubuhmu, tetapi Dia melihat kepada hati dan  amalmu. Karena itu, barangsiapa menghadap kepada Allah, hendaknya ia berhias secara lahiriah dengan pakaian, sedang batinnya dengan taqwa. Allah Ta'ala berfirman :
    "Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. " (Al-A'raaf: 26).
     
  6. I'tikaf. Dalam Shahihain disebutkan, dari Aisyah radhiallahu 'anha :
    Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, sehingga Allah mewafatkan beliau. "
    Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir yang di dalamnya dicari Lailatul Qadar  untuk menghentikan berbagai kesibukannya, mengosongkan pikirannya dan untuk mengasingkan diri demi bermunajat kepada Tuhannya, berdzikir dan berdo'a kepada-Nya.
    Adapun makna dan hakikat i'tikaf adalah:
    Memutuskan hubungan dengan segenap makhluk untuk menyambung penghambaan kepada AI-Khaliq. Mengasingkan diri yang disyari'atkan kepada umat ini yaitu dengan i'tikaf di dalam masjid-masjid, khususnya pada bulan Ramadhan, dan lebih khusus lagi pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Sebagaimana yang telah dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
    Orang yang beri'tikaf telah mengikat dirinya untuk taat kepada Allah, berdzikir dan berdo'a kepada-Nya, serta memutuskan dirinya dari segala hal yang menyibukkan diri dari pada-Nya. Ia beri'tikaf dengan hatinya kepada Tuhannya, dan dengan sesuatu yang mendekatkan dirinya kepada-Nya. Ia tidak memiliki keinginanlain kecuali Allah dan ridha-Nya. Sembga Alllah memberikan taufik dan inayah-Nya kepada kita. (Lihat kitab Larhaa'iful Ma'aarif, oleh Ibnu Rajab, him. 196-203)

Sabtu, 11 Agustus 2012