Senin, 19 Agustus 2013

TIGA MANFAAT PELUKAN BAGI SUAMI / ISTERI



Pelukan, meskipun hanya dilakukan sebentar, ternyata mendatangkan banyak manfaat bagi suami istri. Berikut ini adalah tiga diantara sekian banyak manfaat pelukan bagi suami istri beserta penjelasan ilmiahnya:
1. MENENANGKAN
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pulang dari gua Hira seusai menerima wahyu pertama, beliau menggigil seperti demam. “Zammilunii… zammiluni…” kata beliau meminta Khadijah menyelimutinya. Pada saat itu Rasulullah mengkhawatirkan dirinya, namun dengan dukungan sang istri, kekhawatiran itupun sirna.
“Saat tubuh merasakan sentuhan, nueotransmitter di otak akan mengirimkan hormon Endormorfin ke dalam aliran darah dengan jumlah cukup besar. Hormon tersebut mampu menurunkan ketegangan saraf dan tekanan darah” tulis Cahyadi Takariawan dalam Wonderful Family.
Demikianlah, Anda juga bisa mempraktekkannya. Jika suami Anda kalut, galau, atau menghadapi masalah, peluklah ia. Sebagai istri, Anda adalah orang yang paling berhak menenangkannya. Buktikan bahwa diri Anda adalah perhiasan terbaik di muka bumi.
“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adaah wanita shalihah” (HR. Muslim).
Demikian pula jika istri Anda menghadapi masalah atau mengkhawatirkan buah hatinya, yang sedang sakit misalnya. Pelukan Anda akan membantu menenangkan dirinya.
2. MEMBERIKAN DUKUNGAN
Sebuah penelitian yang dilakukan University of California membuktikan, suami istri yang saling berpegangan tangan dan bersentuhan dapat mengurangi rasa sakit. Penelitian lain menunjukkan, berpelukan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan memberikan semangat.
Pepatah Arab mengatakan, “Di balik pahlawan besar selalu ada perempuan agung.” Maka jika Anda menginginkan suami berprestasi dan menjadi pahlawan, dukungan Anda adalah salah satu kuncinya. Dukungan tidak selalu harus berupa kata-kata. Terlebih bagi banyak pria, mereka kurang bisa menjadi pendengar yang baik. Maka sedikit kata yang kau bisikkan disertai pelukan akan menjadi salah satu dukungan dan motivasi besar baginya.
“Perempuan bagi banyak pahlawan,” kata Anis Matta dalam Mencari Pahlawan Indonesia, “adalah penyangga spiritual, sandaran emosional; dari sana mereka mendapatkan ketenangan dan gairah, kenyamanan dan keberanian, keamanan dan kekuatan. Laki-laki menumpahkan energinya di luar rumah dan mengumpulkannya kembali di dalam rumah.”
3. MENDEKATKAN HUBUNGAN
Terkadang, sulit bagi suami istri yang sedang marahan atau berselisih untuk memulai meminta maaf dengan kata-kata. Nah, jika Anda saat ini sedang ada “masalah”dengan istri atau suami Anda, dekatilah ia. Kemudian peluklah ia. Jika bibir belum mampu bicara banyak, cukup kalimat singkat “Maafkan aku sayang.”
Pelukan seperti ini tentu saja tidak hanya dibutuhkan pada saat terjadi konflik. Pelukan yang rutin dilakukan oleh suami istri akan semakin mendekatkan hubungan keduanya. Wallaahu a’lam bish shawab. [Abu Nida]
sumber : www.bersamadakwah.com

Selasa, 13 Agustus 2013

RENUNGAN MENYAMBUT HUT KEMERDEKAAN RI KE - 68 TAHUN 2013



Detik-detik peringatan proklamasi  kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 68 masih beberapa hari lagi.  Prosesi peringatan itu sendiri sebenarnya sudah dapat kita perkirakan mulai dari awal sampai akhir sebagaimana lazimnya  tata cara dan prosedur upacara peringatan hari besar nasional. Mulai dari tingkat nasional sampai ke perdesaan di seluruh pelosok nusantara.

Menyongsong peringatan HUT RI ke 68 tersebut, tak ada salahnya kita renungkan kembali makna kemerdekaan itu sendiri. Mengambil makna kemerdekaan dari tahun ke tahun akan menjadi motivasi bagi segenap bangsa Indonesia untuk membangun Indonesia yang lebih sejahtera.

Indonesia memang sudah merdeka 17 Agustus 1945, 68 tahun yang silam. Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan oleh dua tokoh nasional, Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Waktu 68 tahun bisa dikatakan usia satu generasi jika dimisalkan usia manusia Indonesia rata-rata selama itu. Namun belum cukup rasanya untuk memulihkan sendi-sendi kehidupan bangsa dari keterpurukan.

Diakui memang, masing-masing kita sebagai warga Negara Republik Indonesia, memiliki penghayatan masing-masing terhadap kemerdekaan yang sudah kita peroleh. Kita memang sudah bebas dan merdeka dari penjajahan fisik oleh bangsa asing.

Kemerdekaan itu adalah hak semua bangsa di dunia. Hal ini tertuang dalam alinea pertama pembukaan UUD 1945. Segala bentuk penjajahan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Penjajahan itu kejam dan melahirkan penderitaan lahir dan batin. Inilah yang diperjuangkan oleh pahlawan pejuang bangsa untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan bangsa asing.

Kini, sudah 68 tahun Indonesia merdeka. Kata kakek dan nenek, kemerdekaan itu tidak diperoleh dengan mudah melainkan pengorbanan harta benda dan nyawa. Itu demi kemerdekaan bangsa dan tanah air dari belenggu penjajahan. Ketika Indonesia sudah merdeka, masih adakah penjajahan dan segala bentuk imperialisme gaya baru lainnya yang membelenggu negeri ini?

Yang menjadi pertanyaan, sudah sepenuhnyakah kita merdeka? Bapak proklamator dan pejuang bangsa ini tentulah sangat tidak menginginkan negara kita seperti sekarang. korupsi dimana-mana adalah bentuk lain dari penjajahan oleh pemimpin kepada rakyatnya. begitu juga dengan penjajahan peradaban oleh media dengan tayangan yg tidak mendidik dan mengajarkan pola hidup materialistis dengan mempertontonkan sinetron kacangan demi mengejar rating.

Penjajahan itu barangkali, tidak lagi secara fisik melainkan penjajahan ekonomi, sosial dan budaya, serta sektor-sektor lainnya yang sering tidak kita sadari. Kalau begitu, di samping mengisi kemerdekaan dengan kegiatan pembangunan, kita juga berjuang untuk melawan berbagai bentuk penjajahan terhadap sendi-sendi kehidupan bangsa. Semoga Indonesia makin jaya. Dirgahayu Republik Indonesia ke 68.

Sabtu, 03 Agustus 2013

NILAI KEHIDUPAN

Rasulullah SAW bersabda : Laa yatamaanayanna ahadukum al mauta min qabli an ya’tiya walaa yad’uu bihi illa an yatiqaa bi’amalih (jangan sekali-kali kamu berharap untuk datangnya kematian sebelum waktu itu sendiri telah datang, dan jangan berdoa untuk mati, kecuali dia sudah yakin dengan amal yang cukup untuk bekal hidup sesudah mati). Dari hadis tersebut dapat kita uraikan, bahwa dalam hidup di dunia ini hendaknya : Pertama, melakukan perbuatan-perbuatan yang memberi manfaat bagi kehidupan dirinya untuk hidup sesudah mati. Rasulullah SAW bersabda : Alkais man daana nafsahu wa’amila lima ba’dal mauti (Orang yang cerdas adalah orang yang senantiasa menghitung-hitung dirinya dan mampu menundukkan hawa nafsunya, dan melakukan yang bermanfaat bagi dirinya untuk hidup sesudah mati). Dengan demikian kita diajarkan untuk sebisa mungkin untuk memiliki umur yang panjang, tetapi dipergunakan untuk beramal dan beribadah. Rasulullah SAW bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah siapa yang panjang umurnya dan baik amal perbuatannya”. Semakin panjang umur seseorang, semakin berkualitas amal ibadahnya, maka semakin baik bagi dirinya.

‘An Jabir bin Abdillah mengatakan : inna baqaa’al muslim fi kulli yaumin ghonimah, li adaail faraaidhi (sesungguhnya berlangsungnya hidup bagi mukmin setiap harinya adalah kekayaan, untuk melaksanakan ibadah-ibadah fardhu). Maka, cinta kematian bisa berarti mencintai amal ibadah di dunia ini, agar memberi manfaat bagi dirinya untuk hidup kelak setelah mati. Umar bin Abdul Aziz, dalam dalam salah satu ceramahnya mengatakan kepada hadirin : “Kalian semua sesungguhnya tidak diciptakan untuk tidak ada, kalian sesunggunya diciptakan oleh Allah untuk kekal selamanya, hanya saja kehidupan dan keberlangsungan kalian berpindah dari alam satu ke alam yang lain”. Dari alam arwah, ke alam kandungan, lalu ke alam barzah, kemudian ke alam akhirat. Maka, sesungguhnya manusia tidak pernah mengalami kematian yang haqiqi. Kedua, jadikanlah cinta kematian, orang-orang yang meyakini aku adalah utusanMu, dan Engkau adalah Tuhan yang benar. Maksudnya, memang nyata-nyata orang menginginkan kematian, ingin segera mengakiri kehidupan di dunia ini.

Ada sebuah riwayat yang menyatkan : Suatu hari Nabi Ibrahim didatangi oleh malaikat Izrail yang bertugas mencabut nyawa. Ketika itu Ibrahim sempat bertanya : Wahai malaikat, apakah engkau akan mencabut nyawa kekasih Allah? Saya adalah kekasih Allah. Izrail melapor kepada Allah : Ya Allah, Ibrahim bertanya apakah aku berani mencabut nyawa kekasihMu, apa yang harus aku jawab ya Allah? Jawablah kepadanya : Wahai Ibrahim, apakah seorang kekasih tidak akan mau bertemu dengan sang kekasihnya? Apakah seorang kekasih, enggan bertemu dengan kekasihnya? Jawab Ibarahim : “Tentu sang kekasih akan senang bertemu dengan kekasihnya”. Karena itu ya Ibrahim, khalilullah, saya mencabut nyawa ini justeru dengan tujuan kamu segera akan bertemu dengan sang kekasihmu. “jelas malaikat Izrail. Bagi orang-orang tertentu yang sudah cukup amal ibadahnya, yang sudah merasa benar sudah melakukan seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, maka harapannya adalah segera bertemu dengan Allah. Dan menganggap, bahwa dunia itu adalah penjara bagi dirinya. Rasulullah SAW bersabda : Ad dunnya sijnul mu’min, faidza faraqad dunya, faraqas sijna (dunia adalah penjara bagi orang beriman, jika berpisah dengan dunia, maka sama juga lepas dari penjara). Hadis ini mempunyai makna bahwa seorang mukmin semasa di dunia dikendalikan oleh aturan-aturan tertentu, ada batas-batas tertentu, maka ketika ia melakukan dan menjalankan ini semuanya dengan iklas dan sadar bahwa semua yang dilakukan di dunia ini merupakan bekal di akhirat nanti. Setelah berpisah dengan dunia ini, maka di situlah dia mengalami kebebasan, tidak ada aturan-aturan lagi, dia akan bergerak bebas, untuk menikmati kebaikan yang di tanam selama di dunia.

Salah satu kenikmatan yang dijanjikan oleh Allah bagi mereka yang di alam barzah sebagaimana dijelaskan dalam surah An Nisa’ : 69-70 yang maknanya : Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. 70. yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui.

Maka, bagi orang-orang tertentu dengan umur yang pendek, justeru itu merupakan kenikmatan tersendiri bagi dirinya. Rasulullah SAW umurnya tidak panjang dibandingkan dengan sahabat-sahabat yang lain. Bagi Rasulullah, pertemuan dengan Allah adalah sesuatu yang lebih nikmat. Sehingga suatu saat, menjelang akhir wafat beliau sempat memberi nasehat kepada sahabat-sahabatnya : “Barangkali setelah ini saya sudah tidak bisa lagi bertemu dengan kalian”. Maka sahabat-sahabat menangis, mendengar kata-kata itu, karena merasa akan kehilangan, ketakutan tidak akan bisa ketemu lagi dengan Rasulullah SAW. Lalu turunlah surah An Nisa’ ayat 69-70 tersebut. Al mar’u ma’a man ahabbah (siapapun akan bersama orang yang dicintainya). 

http://www.masjidalakbar.com (KH Ilhamulloh Sumarkan, M.Ag)