Kamis, 05 Desember 2013

RESEP INI DAPAT MEMBUAT GURU MENJADI HEBAT



Untuk menjadi guru hebat, ada resepnya. Jika bahan utama untuk menjadi guru hebat ini digabungkan dengan benar, akan menghasilkan kelas yang sangat efektif dan siswa yang produktif. Guru hebat adalah guru yang memiliki mutu tinggi, terampil, dan mampu memberi pengaruh besar sehingga mampu memberi dampak sepanjang hidup pada kehidupan siswa.

Di dalam kelas berkumpul siswa dengan beragam latar belakang, kemampuan dasar, bakat, tantangan, dan pengalaman. Guru tidak bisa memandang siswanya bagai “sepotong kue” yang mudah dibuatnya dengan resep racikannya sendiri. Guru memerlukan memikiran dan menemukan cara yang tepat untuk menghasilkan cita rasa yang sesuai dengan keinginan setiap siswa.

Seperti yang ditulis oleh Anita Moultrie Turner dalam Recipe for Great Teaching: 11 Essential Ingradients, yang SekolahDasar.Net kutip dari blog demangwaru.blogspot.com (22/09/2013), untuk menjadi guru yang hebat ada sebelas bahan utama yang disajikan ke dalam proses pembelajaran di kelas. Sebelas bahan utama untuk menjadi guru ampuh itu adalah:

1. Rasa cinta dan kepedulian
Bahan utama untuk menjadi guru hebat adalah cinta pada diri sendiri, cinta pada profesi dan cinta terhadap siswa. Sebagai guru hebat harus berkata: "Jika saya memberi mereka kebaikan, maka saya dapat menerima kebaikan dari mereka.” Jika siswa mengagumi guru, penghormatan segera muncul.

2. Komunikasi
Sering terjadi proses pembelajaran di kelas di mana guru hanya mengajar 5 – 10 anak. Mereka bukannya 25 atau 30 atau lebih. Sebagian besar siswa duduk bermalas-malasan dengan gelombang otak yang tidak terarah, tidak mendengarkan atau bermain sendiri. Guru hebat harus mengajar seluruh kelas. Guru harus dapat menciptakan situasi pada anak malas tetapi mau menunjukkan jarinya sehingga mengalami kesuksesan. Sehingga terjadi komunikasi yang harmonis antara guru dan siswanya. Selain dengan siswa, orang tua juga perlu diajak komunikasi.

3. Pujian dan harga diri
Guru harus optimis dengan melihat sisi baik anak, jangan sebaliknya memandang siswanya dengan pesimistis. “Anton, kau terlambat lagi!” Kalimat ini akan menimbulkan rasa malu pada anak. Lain halnya dengan ucapan, “Anton kemarin kamu datang tepat waktu dan saya senang. Mulai besok datanglah dengan tepat waktu!” Mengajar dengan menggunakan pujian-pujian secara konsisten akan menghasilkan kualitas pembelajaran yang mengagumkan.

4. Hormat dan harga diri
Guru sepenuhnya dapat menjadi model rasa hormat dan harga diri selama jam sekolah. Guru harus memulai dari diri sendiri, dengan menjadi model perilaku menghormati ketika mereka berhubungan dengan rekan kerja dan siswa.

5. Lingkungan ruang kelas
Ciptakan komunitas hangat dan dapat dipercaya bagi para siswa. Supaya terjadi komunikasi yang jelas dan konsisten pastikan bahwa kelas adalah milik setiap orang. Ciptakan ruang kelas merupakan lingkungan dengan banyak pernak-pernik, misalnya: Visi dan Misi, Tata tertib kelas, pengumuman, contoh karya siswa, dan sebagainya. Pengaturan tempat duduk sangat berpengarauh terhadap berlangsungnya proses pembelajaran dan hasil belajar.

6. Manajemen kelas
Guru harus menentukan pedoman, aturan, dan prosedur yang jelas sehingga tercipta interaksi setiap orang di kelas dengan efektif.

7. Disiplin, bersikaplah adil dan konsisten
Tangani perilaku yang tak diharapkan. Buat kontak mata langsung dengan siswa sehingga mereka menganggap ada keseriusan. Gunakan kedekatan untuk menempatkan fisik dengan siswa sehingga mereka memahami perilakunya tidak pantas. Tangani disiplin dengan tenang, lembut, dan sadar. Lakukan dulu perilaku yang diharapkan untuk ditiru siswa. Kaji ulang dengan siswa pada waktu terjadi pelanggaran. Senantiasa konsisten dengan aturan yang dibuat.

8. Menyusun buku catatan
Semua siswa untuk biasakan memiliki buku catatan yang berisi tentang hasil kerja siswa. Dengan ini diharapkan para siswa belajar bertanggung jawab atas tugas mereka sendiri.

9. Ketrampilan kehidupan nyata ke dalam kurikulum
Sangat penting siswa memahami bahwa keterampilan yang mereka pelajari di sekolah harus bisa diterapkan ke keterampilan nyata yang mereka perlukan agar menjadi orang dewasa yang sukses, sehat, dan makmur.

10. Kolaborasi
Dalam pembelajaran perlu adanya kolaborasi antar penyelenggara sekolah, baik antar guru dengan guru, antar guru dengan karyawan maupun guru dengan orang tua siswa. Perlu dibentuk tim untuk mengadakan pertemuan mingguan dan bulanan, perencanaan pembelajaran, maupun pengamatan ke kelas siswa. Guru hebat memahami pentingnya kerja kolaborasi dengan guru lain.

11. Penyajian
Setelah semua bahan dipersiapkan, guru siap untuk menyajikan ke dalam meja makan pembelajaran. Kelas yang sudah dipersiapkan adalah milik Anda. Anda memiliki kebebasan pribadi yang besar untuk memberikan pengaruh positif pada kehidupan siswa. Mengajar merupakan profesi yang bersahaja, terhormat, dan menantang yang mempengaruhi siswa, orang tua mereka, dan masyarakat mereka.
SekolahDasar.Net 22 September 2013 | #Orang Tua dan Guru

Rabu, 04 Desember 2013

GURU GA BOLEH 'GAPTEK' ???




Teknologi Pendidikan Tepat Guna : Jaman Kini!

Apakah Kebijakan terhadap TIK (ICT) di Sekolah Mengancam Perkembangan Pendidikan?

Guru Ga Boleh 'Gaptek' alias gagap teknologi'

Apakah anda merasa guru yang mampu mengajar Ilmu Sains Roket dengan whiteboard marker (sebagai peraga, bukan pena) adalah gaptek? Sebenarnya whiteboard marker dapat digunakan sebagai proyek kelas sampai benar-benar sebagai roket yang terbang. Dalam model pembelajaran seperti ini (sebagai contoh) pelajarnya harus sangat kreatif, kreativitas yang dapat meningkatkan PDnya selama hidup. Dibanding membaca atau nonton di layar komputer.

Kalau guru sudah dapat melakukan pembelajaran secara ini, yang sangat bermutu, beliau tidak dapat disebut 'gaptek' dan untuk belajar cara memakai komputer adalah gampang sekali. Sebenarnya kalau beliau sudah biasa menggunakan kreativitas begini, beliau dapat melihat kebanyakan kekurangan dari teknologi canggih, misalnya pembelajaran pasif, suap-suapan informasi - yang tidak perlu imaginasi atau kreativitas, dll - Asal-Hafal-Saja.

Ilmu Teknologi Pendidikan Berbasis-Ilmu TTG yang berbasis-kreativitas guru dan pelajar paling menyiapkan guru maupun pelajar untuk semua keadaan di mana saja.

Saya kira 'yang sudah lupa' bahwa apa saja dapat diajarkan (termasuk dasarnya teknologi canggih sendiri) dengan teknologi sederhana, adalah yang gaptek. Teknologi canggih hanya adalah salah satu pilihan kalau mengajar, bukan kebutuhan (kecuali kalau mengajar teknologinya).

Teknologi yang dapat Menstimulasikan Discovery Learning dan Membangunkan Proses Analitikal dan Problem Solving adalah....
Biasanya Teknologi yang dapat menstimulasikan discovery learning (Constructivism) dan membangunkan proses analitikal dan problem solving, berbasis-kreativitas pelajarnya adalah teknologi yang sesederhana mungkin untuk mencapaikan tujuan pembelajarannya. Makin sederhana makin banyak mereka terpaksa menggunakan kreativitas mereka sendiri, maupun berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Misalnya contoh kemarin di mana saya menggunakan botol-botol plastik dengan tiga lobang untuk mengajar teggangan, hambatan dan arus. Listrik memang sulit dilihat, dan daripada menggunakan animasi / film (passive learning) lebih baik menggunakan air di mana mereka dapat melihat hubungannya (RVI) secara alam dan rasain sendiri. (Pelajarnya Semua Dewasa - Dari Industri)

Maupun Pembelajaran Berbasis-Kontekstual adalah cara belajar yang paling terkait dengan dunia nyata - bukan dunia guru atau dunia virtual! Melihat contoh-contoh di sini: http://inovasipendidikan.net
 
Pembelajaran kontekstual tidak hanya untuk anak-anak tetapi dapat dilaksanakan di semua tingkat pendidikan. Di dalam kelas dan di luar kelas oleh task atau project-based learning.

Saya sangat pro-teknologi tetapi saya juga ingin Indonesia menjadi Smart Country di mana kita akan sangat kreatif dan kalau suatu hari kita dapat melepaskan diri dari kebudayaan korupsi dan fokus kepada isu-isu yang betul penting terhadap perkembangan dan globalisasi - kita akan siap.

Misalnya (isu-isu globalisasi) petanian (semua orang di negara mana saja perlu makan), perairan yang mempunyai potensi besar, pariwisata dan banyak industri baru. Manajement sumber daya alam dan bahasa Inggris adalah dua isu yang sangat penting, maupun banyak yang lain.

Yang penting adalah kita kompak untuk membentuk generasi anak-anak oleh pendidikan (yang tidak Berbasis-Asal-Hafal-Saja), yang sebaik mungkin dan terjangkau sekarang untuk membangun inovasi dan kreativitas terhadap masa depan supaya kita kompetitif secara global.

Yang sering disebut banyak pulau dan banyak suku sebagai masalah sebenarnya ini adalah aset kita yang sangat unik dan dengan manajement yang pandai kita dapat memastikan masa depan yang baik dan sejahtera.

Kita dapat membangun kreativitas oleh pendidik yang kreatif, bukan oleh guru yang dapat menghidupkan teknologi canggih
 
Kita sebagai ilmuwan harus mendukung guru-guru dengan teknologi dan kemampuan yang sesuai dengan membangun anak-anak yang kreatif, Appropriate Technology.

Tetapi di luar kelas apa saja yang dapat membantu pembelajaran mereka boleh digunakan (bukan konsern saya) kecuali kita sangat perlu meningkatkan kebiasaan baca dan kemampuan menggunakan sumber-sumber yang mana saja sesuai dengan life-long learning.
http://pendidikan.net/perpustakaan.html

Tetapi mohon jangan makan anggaran pendidikan untuk membuat fasilitas untuk sekolah-sekolah yang sudah kaya sambil ada puluhan ribu sekolah lain yang rusak.

Rahasia, sihhh.... Di sekolah yang baik, kalau semua teknologi canggih dicabut masih tetap baik. Tetapi kalau tidak ada atap tidak dapat berjalan. (Rahasianya adalah gurunya baik).

Kita memang Technologis tetapi kita harus tetap Humanists yang berjuang untuk pendidikan bermutu untuk semua.

http://teknologipendidikan.com/reference429.html