Selasa, 13 Agustus 2013

RENUNGAN MENYAMBUT HUT KEMERDEKAAN RI KE - 68 TAHUN 2013



Detik-detik peringatan proklamasi  kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 68 masih beberapa hari lagi.  Prosesi peringatan itu sendiri sebenarnya sudah dapat kita perkirakan mulai dari awal sampai akhir sebagaimana lazimnya  tata cara dan prosedur upacara peringatan hari besar nasional. Mulai dari tingkat nasional sampai ke perdesaan di seluruh pelosok nusantara.

Menyongsong peringatan HUT RI ke 68 tersebut, tak ada salahnya kita renungkan kembali makna kemerdekaan itu sendiri. Mengambil makna kemerdekaan dari tahun ke tahun akan menjadi motivasi bagi segenap bangsa Indonesia untuk membangun Indonesia yang lebih sejahtera.

Indonesia memang sudah merdeka 17 Agustus 1945, 68 tahun yang silam. Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan oleh dua tokoh nasional, Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Waktu 68 tahun bisa dikatakan usia satu generasi jika dimisalkan usia manusia Indonesia rata-rata selama itu. Namun belum cukup rasanya untuk memulihkan sendi-sendi kehidupan bangsa dari keterpurukan.

Diakui memang, masing-masing kita sebagai warga Negara Republik Indonesia, memiliki penghayatan masing-masing terhadap kemerdekaan yang sudah kita peroleh. Kita memang sudah bebas dan merdeka dari penjajahan fisik oleh bangsa asing.

Kemerdekaan itu adalah hak semua bangsa di dunia. Hal ini tertuang dalam alinea pertama pembukaan UUD 1945. Segala bentuk penjajahan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Penjajahan itu kejam dan melahirkan penderitaan lahir dan batin. Inilah yang diperjuangkan oleh pahlawan pejuang bangsa untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan bangsa asing.

Kini, sudah 68 tahun Indonesia merdeka. Kata kakek dan nenek, kemerdekaan itu tidak diperoleh dengan mudah melainkan pengorbanan harta benda dan nyawa. Itu demi kemerdekaan bangsa dan tanah air dari belenggu penjajahan. Ketika Indonesia sudah merdeka, masih adakah penjajahan dan segala bentuk imperialisme gaya baru lainnya yang membelenggu negeri ini?

Yang menjadi pertanyaan, sudah sepenuhnyakah kita merdeka? Bapak proklamator dan pejuang bangsa ini tentulah sangat tidak menginginkan negara kita seperti sekarang. korupsi dimana-mana adalah bentuk lain dari penjajahan oleh pemimpin kepada rakyatnya. begitu juga dengan penjajahan peradaban oleh media dengan tayangan yg tidak mendidik dan mengajarkan pola hidup materialistis dengan mempertontonkan sinetron kacangan demi mengejar rating.

Penjajahan itu barangkali, tidak lagi secara fisik melainkan penjajahan ekonomi, sosial dan budaya, serta sektor-sektor lainnya yang sering tidak kita sadari. Kalau begitu, di samping mengisi kemerdekaan dengan kegiatan pembangunan, kita juga berjuang untuk melawan berbagai bentuk penjajahan terhadap sendi-sendi kehidupan bangsa. Semoga Indonesia makin jaya. Dirgahayu Republik Indonesia ke 68.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar